1. metode - metode ekstraksi
a. Maserasi
=> metode ekstraksi sederhana dengan cara merendam simplisia pada suhu kamar dengan
menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut.
b. Perkolasi
=> metode ekstraksi dengan cara melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator.
c. Sokletasi
=> metode ekstraksi dengan memakai alat soklet dengan cara terus menerus diekstraksi sehingga
ekstraksi lebih sempurna dengan memakai pelarut yang relatif sedikit.
d. Digestasi
=> metode ekstraksi sama seperti maserasi dengan menggunakan pemanasan pada suhu 30'C - 40'C
e. Infusa
=> metode ekstraksi yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90' C
f. Dekokta
=> metode ekstraksi yang hampir sama dengan infusa, namun dilakukan pemanasan selama 30 menit
dihitung mulai suhu mencapai 90'C
2. Pembagian pelarut bedasarkan kepolarannya
a. pelarut protik polar
=> senyawa yang memiliki rumus umum R-OH
contoh: - air (H2O) 100'C
- etanol ( CH3-CH2-OH ) 79'C
- metanol ( CH3-OH ) 65'C
- as. asetat ( CH3-C(=O)-OH) 118'C
- as. format ( H-C(=O)-OH) 100'C
b. pelarut aprotik dipolar
=> molekul yang tidak mengandung ikatan O-H, namun memiliki ikatan dipol besar, yaitu ikatan ganda
antara karbon dengan oksigen atau nitrogen.
contoh: - aseton ( CH3-C(=O)-CH3 ) 65'C
- diklorometana (DCM) ( CH2Cl2) 40'C
- dimetilsulfoksida (DMSO) ( CH3-S(=O)-CH3 ) 189'C
c. pelarut non polar
=> senyawa yang memiliki konstanta dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam air.
contoh: - benzena ( C6H6 ) 80'C
- kloroform ( CHCl3 ) 61'C
- toluena ( C6H5-CH3 ) 111'C
- etil asetat ( CH3-C(=O)-CH2-CH3 ) 77'C
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepolaran
- perbedaan keelektronegatifan
=> semakin besar keelektronegatifan atom-atom yang berikatan, maka kepolaran suatu senyawa akan
bertambah.
- bentuk molekul
- momen dipol
- momen ikatan
- momen PEB
- konfigurasi elektron
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
- suhu
=> jika suhu dinaikkan maka kelarutan akan semakin tinggi, begitu sebaliknya. karena, ada suhu tinggi
partikel akan bergerak lebih cepat sehingga kontak antara zat pelarut dengan zat terlarut menjadi
lebih efektif.
- pengaruh ion senama
=> struktur kimia yang mirip/ senama dapat saling bercampur dengan baik, sehingga dapat mempercepat
kelarutan. seperti dalam prinsip "like dissolve like"
- konsentrasi
=> semakin besar konsentrasi suatu zat pelarut daripada zat terlarut maka akan semakin besar pula
kelarutannya.
- pengaruh ion asing
=> pengaruh ion asing pada kelarutan umumnya kurang dapayt saling bercampur, sehingga kelarutan pun
akan rendah, atau sulit larut.
- tekanan
=> semakin besar tekanan yang diberikan maka akan semakin tinggi kelarutan. karena pertikel zat
pelarut dan zat terlarut semakin rapat dan aktif bertumbukan.
- luas penampang
=> semakin besar luas penampang suatu zat terlarut, maka akan semakin kecil lah kelarutannya.
Berisi bahan kuliah selama saya menempuh jenjang pendidikan Diploma Kimia. Mohon koreksi jika terdapat entri yang kurang tepat dengan bahasa yang sopan dan satun. Berlakulah seperti apa anda ingin diperlakukan orang lain :) terimakasih ^^
Senin, 22 April 2013
Selasa, 09 April 2013
Tugas Persiapan: Metil asetat
1. Jelaskan
perbedaan antara esterifikasi dan transesterifikasi ?
-
Esterifikasi
adalah pembentukkan ester dari asam karboksilat yang dipanaskan dengan alkohol
primer atau alkohol sekunder dengan sedikit asam mineral sebagai katalisnya.
(wilbraham, A. C. 1992)
-
Transesterifikasi
adalah reaksi antara satu ester dengan ester lainnya. Atau pertukaran tempat ester, yang dapat terjadi antara dua monoester,
mono dan polyester, atau dua polyester. (http://letshare17.blogspot.com/2010/12/serba-serbi-transesterifikasi.html)
2. Mekanisme
reaksi percobaan secara lengkap ?
3.
Berapa persenkah kelarutan :
-
Air
dalam etil asetat : kelarutannya mencapai 3 % dalam suhu kamar
-
Etil
asetat dalam air : Kelarutannya mencapai 8 % dalam suhu kamar
4.
Tuliskan metode pembentukan ester yang lain
1. Pembuatan ester menggunakan asam
karboksilat
2. Pembuatan ester menggunakan asil klorida
(klorida asam)
3. Pembuatan
ester menggunakan anhidrida asam
5.
-
tuliskan sifat dan kegunaan etil asetat
Ester dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam atau
basa. Hidrolisis ester disebut juga reaksi penyabunan. Hidrolisis ester tiada
lain adalah mengubah ester menjadi alkohol dan garam yang berasal dari
turunannya. Misalnya, hidrolisis etil asetat. Proses hidrolisis berlangsung
sempurna jika dididihkan dengan pelarut basa, seperti NaOH. Reaksi penyabunan
bukan merupakan reaksi kesetimbangan sebagaimana pada esterifikasi sebab pada
akhir reaksi, ion alkoksida mengikat proton dari asam karboksilat dan terbentuk
alkohol yang tidak membentuk kesetimbangan.
C2H5COOC2H5 + H2O⎯H2SO4→ C2H5COOH + C2H5OH
C2H5COOC2H5 + NaOH ⎯⎯→C2H5COONa + C2H5OH
Ester asam karboksilat dengan massa molekul relatif
rendah umumnya tidak berwarna, berwujud cair, mudah menguap, dan memiliki bau
yang sedap. Ester-ester ini umumnya memiliki rasa buah. Ester-ester ini banyak
ditemukan dalam buah-buahan atau bunga. Beberapa ester minyak dan makanan ditunjukkan
berikut ini.
Ester banyak digunakan sebagai esens buatan yang berbau
buah-buahan (Gambar 6.23). Misalnya, etil asetat (rasa pisang), amil asetat
(rasa nanas), oktil asetat (rasa jeruk orange), dan etil butirat (rasa
stroberi).
Terdapat beberapa ester penting yang diturunkan dari asam
anorganik. Misalnya, nitrogliserin, yakni suatu ester yang diperoleh melalui
reaksi asam nitrat dengan gliserol dalam asam sulfat pekat.
Nitrogliserin merupakan cairan seperti minyak dan mudah
meledak.Jika disisipkan ke dalam absorben tertentu, disebut dinamit.
-
Selain menggunakan H2SO4 katalis apa yang
dapat digunakan untuk pembentukan etil asetat
Tidak
ada selain H2SO4, karena asam sulfat memiliki beberapa faktor, yaitu:
Pemilihan penggunaan asam sulfat (H2SO4) sebagai katalisator
dalam reaksi esterifikasi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya :
Menurut Anonim (2007)
1. Asam sulfat selain bersifat asam juga merupakan agen pengoksidasi yang kuat
Menurut Hendyana (1986)
2. Asam sulfat dapat larut dalam air pada semua kepekatan
3. Reaksi antara asam sulfat dengan air adalah reaksi eksoterm yang kuat
4. Jika air ditambahkan asam sulfat pekat maka ia mampu mendidih
5. Karena afinitasnya terhadap air, maka asam sulfat dapat menghilangkan bagian terbesar uap air dan gas yang basah, seperti udara lembab
Menurut Anonim (2007)
1. Asam sulfat selain bersifat asam juga merupakan agen pengoksidasi yang kuat
Menurut Hendyana (1986)
2. Asam sulfat dapat larut dalam air pada semua kepekatan
3. Reaksi antara asam sulfat dengan air adalah reaksi eksoterm yang kuat
4. Jika air ditambahkan asam sulfat pekat maka ia mampu mendidih
5. Karena afinitasnya terhadap air, maka asam sulfat dapat menghilangkan bagian terbesar uap air dan gas yang basah, seperti udara lembab
Menurut Sukardjo, drs (1984)
6. Konsentrasi ion H+ berpengaruh terhadap kecepatan reaksi
Dari http://tech.dir.groups.yahoo.com
7. Asam sulfat pekat mampu mengikat air (higroskopis), jadi untuk reaksi setimbang yang menghasilkan air dapat menggeser arah reaksi ke kanan (ke arah produk)
Dari faktor-faktor di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan asam sulfat sebagai katalis untuk mempercepat kecepatan reaksi karena reaksi antara asam sulfat dengan air (proses esterifikasi menghasilkan etil asetat dan air) adalah reaksi eksoterm yang kuat. Air yang ditambahkan asam sulfat pekat akan mampu mendidih, sehingga suhu reaksinya akan tinggi.
Langganan:
Postingan (Atom)